PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM KONSEP ILMIAH
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tak disertai oleh bahasa. Bahkan dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa.
Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa memiliki sifat dinamis, sebagaimana manusia pemakainya. Perubahan bahasa itu terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.
Perubahan yang paling jelas dan banyak terjadi adalah pada bidang leksikon dan semantik. Mungkin hampir tiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu. Kata sebagai satuan bahasa terkecil merupakan sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, ilmu dan teknologi, bermunculanlah konsep-konsep baru berupa kata atau istilah baru.
Posted on Desember 9th, 2008 oleh Bambang Wibowo
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Konsep Penulisan Ilmiah
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis- menulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian anda baca.
PEMAKAIAN HURUF
1.Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf- huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
2.Huruf vokal: a, e, i, o, u.
3.Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
4.Huruf diftong: ai, au, ai.
5.Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.
PENULISAN HURUF KAPITAL
Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
1.Huruf pertama kata pada awal kalimat
2.Huruf pertama petikan langsung
3.Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti
4.Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5.Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6.Huruf pertama unsur-unsur nama orang
7.Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8.Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
9.Huruf pertama nama geografi.
10.Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata hubung.
11.Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12.Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.
13.Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14.Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan.
15.Huruf pertama kata ganti Anda.
PENULISAN HURUF BERCETAK MIRING
1.Menuliskan nama buku, majalah, koran
2.Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan aslinya
3.Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan
PENULISAN KATA
A.Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri)
Contoh: Siswa itu rajin.
B.Kata Turunan
1.Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergetar
tulisan
penerapan
memperhatikan
2.Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertumpang tindih
mengambil alih
3.Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: menggarisbawahi
pertanggungjawaban
4.Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur,
maha, mono, multi, pra, pasca, semi ,dsb.)
Contoh: amoral, antar negara, caturwarga, mahasiswa, multiguna, prasejarah, pascasarjana, semifinal.
Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang didahului oleh huruf kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia
C.Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: buku-buku
gerak-gerik
D.Gabungan Kata
1.Gabungan kata / kata majemuk ditulis terpisah
Contoh: orang tua
Rumahsakit
2.Gabungan kata yang mungkin menimbulkan makna ganda, diberi tanda hubung.
Contoh: anak-istri ( anak dan istri)
buku -sejarah baru (buku sejarah yang baru)
buku sejarah- baru (sejarahnya baru)
3.Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai
Contoh:halalbihalal, manakala, barangkali, olahraga, kacamata darmasiswa,apabila,padahal,matahari,dukacita manasuka, kilometer,bilamana, daripada, peribahasa,segitiga, sukacita, saputangan,
E.Kata Ganti
Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya, kecuali pada Mu dan Nya yang mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda hubung (-).
Contoh: Nasihat orang tua harus kauperhatikan
Anakku, anakmu, dan anaknya sudah menjadi anggota perkumpulan itu.
O, Tuhan kepada-Mulah hamba meminta pertolongan.
F.Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan daripada.
Contoh: Di mana ada gula, di situ ada semut.
Pencuri itu keluar dari pintu belakang.
Mahasiswa itu akan berangkat ke luar negeri.
G.Kata Sandang
Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut Besar”.
H.Partikel
1.Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Pergilah sekarang!
2.Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:Jika engkau pergi, aku pun akan pergi.
Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
3.Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah.
Contoh: Harga BBM naik per ! April.
Mereka masuk satu per satu.
Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.
I. Singkatan dan Akronim
1.a.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: Suman Hs..
Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administrtion)
M.Sc. (Master of Science)
Bpk. (Bapak)
Sdr. (saudara)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemasyarakatan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR, GBHN, KTP, PT
c.Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. hlm.sda. Yth.
d.Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu , cm, kg, Rp
2.a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI LAN IKIP SIM
b.Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri, Bappenas, Iwapi, Kowani
c.Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu,
rapim, tilang.
J.Angka dan Lambang Bilangan
1.Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh: a.Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.
b.Abad ke-20 dikenal sebagai abad teknologi.
c.Abad kedua puluh dikenal sebagai abad teknologi.
2.Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut.
Contoh:
a.Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.
b.Kendaraan yang beroperasi di Bandung terdiri atas 1.000 becak angkot, 100 metro mini,
dan 100 bus kota.
3.Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yangtidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat di awal kalimat.
Contoh:
a.Dua puluh mahasiswa mendapat beasiswa dari perusahaan itu.
b.#150orang pegawai mendapat perintah dari pemerintah.(salah)
c.Sebanyak 150 orang prgawai mendapa penghargaan pemerintah.
PEMBENTUKAN ISTILAH DAN PENULISAN UNSUR SERAPAN
Definisi istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Khusus dalam bidang peristilahan yang menyangkut 39 bidang
ilmu, Majelis Bhs Ind-Malaysia tengah berusaha membakukan berbagai
istilah bidang ilmu bagi kepentingan dua negara. Majelis BI-M didirikan
pada tanggal 23 Mei 1972 dan mengadakan sidang secara bergantian di
dua negara. Di setiap bidang ilmu ada kurang lebih 500-1000 istilah.
Penciptaan istilah itu dilakukan oleh ahli ilmu pengetahuan masing–
masing, kemudian oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam koalisi
istilah itu disesuaikan dengan pedoman pembentukan istilah.
Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah :
1.Bahasa Indonesia / Melayu
1.1 Kata yang paling tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan keadaan.
- bea => pajak barang masuk dan barang keluar
- cukai => pajak hasil perusahaan atau industri
- pajak => iuran wajib dari rakyat sebagai sumbangan kepada negara.
Pajak kekayaan, tontonan, PBB, dll
1.2 Kata yang paling singkat daripada kata lain yang berujukan sama
- gulma => tumbuhan pengganggu
- suaka => perlindungan
- kosa => perbendaharaan
1.3 Kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar
- pramuniaga => pelayan toko besar
- pembantu => babu/jongos
- karyawan => pekerja / buruh
- pemandu / pramuwisata => penunjuk jalan
2.Bahasa – bahasa daerah serumpun
Bahasa Indonesia masih kekurangan kata–kata yang bernilai rasa atau kata–kata efektif yang melambangkan curahan hati masyarakat. Di antara kata–kata rasa yang sudah sering digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang,
- sempoyongan => terhuyung –huyung seperti hendak jatuh
- bertele – tele => berbicara tidak jelas ujung pangkalnya
- bobrok => rusak sama sekali (bangunan/akhlak)
- nyeri => sakit pada salah satu bagian tubuh
- langka => susah didapat
- lugas => apa adanya (zakelijk)
- tuntas => selesai sepenuhnya
- pesangon => uang untuk karyawan yang diberhentikan
3.Bahasa asing
Pemakaian istilah asing dapat dilakukan apabila memenuhi syarat sbb:
3.1 Istilah asing yang dipilih lebih cocok karena konotasinya atau lebih bermakna tepat jika dibandingkan dengan persediaan kata yang ada
- konfirmasi => penegasan atau pengesahan
- amatir => tanpa bayaran
- logis => masuk akal
- insentif => pendorong / perangsang
- spontan => tanpa diminta – minta / dengan sendirinya
3.2 Istilah asing yang dipilih lebih singkat bila dibandingkan dengan terjemahannya
- dokumen => surat – surat penting yg menjadi bukti
- akulturasi => perpaduan unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain hingga menimbulkan kebudayaan yang baru.
- Urbanisasi
- etiket => cara kesopanan yang dilazimkan
Kadang – kadang terdapat istilah yang diizinkan dipakai dalam
bahasa asing dan bahasa Indonesia.
i.manajer = pengelola
ii.manajemen = pengelolaan
iii.relatif = nisbi
iv.temperatur = suhu
v.klasifikasi = penggolongan
vi.kreativitas = daya cipta
vii.sektor = bidang
viii.sirkulasi = peredaran
ix.realisasi = pelaksanaan
Cara pemasukan istilah asing dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Melalui penerimaan secara utuh
Diterima sebagaimana adanya dalam bahasa asalnya. Cara ini
ditempuh jika istilah atau ucapan itu dianggap bersifat internasional
atau jika orang belum menemukan padanannya dalam bahasa
Indonesia, antara lain
x.de jure => menurut hukum
xi.de fakto => menurut kenyataan
xii.doctor honoris causa => doktor kehormatan
xiii.cum laude => dengan pujian
2.Melalui terjemahan
Dalam menerjemahkan istilah asing yang penting ialah kesamaan
makna konteks, bukan makna harfiahnya. Karena itu terjemahan tidak
menghasilkan bentuk berimbang satu lawan satu. Namun kategori
gramatikalnya diperhatikan juga kata benda=kata benda pula.
xiv.brain storming => sumbang saran
xv.up to date => mutakhir
xvi.overlap => tumpang tindih
xvii.bilateral => dua pihak
xviii. feedback => umpan balik
3.Melalui adaptasi : penyesuaian ejaan / sistem bunyi bahasa Indonesia
-integration => integrasi
-research => riset
-university => universitas
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.Tanda titik dipakai :
1.pada akhir kalimat;
2.pada singkatan nama orang;
3.pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
4.pada singkatan atau ungkapan yang sangat umum;
5.di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dandaftar;
6.untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu;
7.untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu;
B.Tanda titik tidak dipakai :
1.untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah ;
2.dalam singkatan yang terdiri atas huruf–huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya,yang terdapat di dalam nama
badan pemerintah, lembaga–lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
3.di belakang alat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
C, Tanda koma dipakai :
1.di antara unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan
2.untuk memisahkan kalimat setara;
3.untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat;
4.di belakang kata seru yang terdapat pada awal kalimat;
5.di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat;
6.untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain;
7.di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan;
8.untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya;
9.di antara nama orang dan gelar akademik;
10. di muka angka persepuluhan;
11. untuk mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.
D. Tanda titik koma dipakai :
1.untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara;
2.untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
E. Tanda titik dua dipakai :
1.pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;
2.sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
3.dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
4.kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan;
5.di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab – kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan (karangn Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah terbit).
F.Tanda hubung (-) dipakai :
1.untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris;
2.untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;
3.menyambung unsur–unsur kata ulang;
4.menyambung huruf kata yang dieja;
5.untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;
6.untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata;
7.untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
G.Tanda pisah (--) dipakai :
1.untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
2.untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas (Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta).
3.di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara nama
dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai (1945 – 1950 :Bandung – Jakarta).
H. Tanda elipsis (. . .) dipakai :
1.untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau begitu … ya,
marilah kita berangkat.
2.untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan :
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut.
I. Tanda petik (‘. . .’) dipakai :
1.mengapit petikan langsung;
2.mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat;
3.mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal.
J.Tanda petik tunggal (‘…’) dipakai :
1.mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain, misalnya :
Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’?
2.mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing,
misalnya :
rate of inflation ‘laju inflasi’.
K.Tanda garis miring (/) dipakai :
1.dalam penomoran kode surat,
misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;
2.sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya:
mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,00 / lembar, Jalan Banteng
V / 6.
L. Tanda penyingkat atau apostrop (‘) dipakai :
Menunjukkan penghilangan bagian kata,
Misalnya : Amin ‘kan kusurati (‘kan =akan) Malam ‘lah tiba
(‘lah=telah
Sumber : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar